Selasa, 10 September 2013

Dialog Nabi Muhammad SAW Dengan Iblis

Dialog Nabi Muhammad SAW Dengan Iblis sangat fenomena dikisahkan oleh Wahab bin Munabbih. Pembicaraan ini Tentang musuh dan kawan Iblis. Apakah kita termasuk Musuhnya Iblis maka bersyukurlah.

Wahab bin Munabbih berkata:
Allah telah menyuruh iblis datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjawab segala pertanyaan-pertanyaannya. Maka datanglah iblis berupa orang yang tua yang bertongkat dan ketika ditanya oleh Nabi SAW.
“Siapakah kamu?”
Jawabnya; “Iblis.”
Nabi SAW. bertanya lagi; “Kenapakah kamu datang?”.
Jawab iblis; “Allah menyuruhku datang kepadamu untuk menjawab segala pertanyaanmu.”
Lalu Nabi Muhammad SAW bertanya; “Ya Mal’uun! berapa musuh-musuhmu dari ummatku?”.
Jawab iblis; “Lima belas orang”.
1. Engkau (Nabi Muhammad SAW).
2. Imam yang adil.
3. Orang kaya yang merendah diri.
4. Pedagang yang jujur [benar].
5. Orang Alim yang khusyuk.
6. Orang mukmin yang suka menasihati.
7. Orang mukmin yang murah hati (belas kasih).
8. Orang yang bertaubat dan tetap pada taubatnya.
9. Orang yang menjauh dari segala yang haram.
10. Orang yang tetap berwudhu {apabila batal sentiasa diperbaharui dengan wudhu yang lain).
11. Orang mukmin yang banyak bersedekah.
12. Orang mukmin yang baik budi akhlaqnya.
13. Orang mukmin yang banyak jasa gunanya pada manusia.
14. Orang yang membawa Al-Qur’an dan selalu membacanya.
15. Orang yang suka sembahyang tahajjud malam di waktu orang-orang sedang tidur.

Lalu ditanya oleh Nabi SAW.; “Siapakah kawan-kawanmu dari umatku?”.
Jawab iblis; “Sepuluh orang”.
1. Raja(pemerintah) yang zalim..
2. Orang kaya yang sombong.
3. Peniaga yang khianat(penipu).
4. Pemabuk (Peminum arak).
5. Tukang adu domba (fitnah).
6. Pelacur.
7. Pemakan harta anak yatim.
8. Orang yang meremehkan sembahyang.
9. Penolak zakat (tidak mengeluarkan zakat).
10. Orang yang panjang angan-angan.
Mereka itulah sahabat-sahabatku.

Iblis berkata: “Oleh kerana Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan daku tersesat (maka) sesungguhnya aku akan mengambil sikap menghalangi mereka (dari menjalani) jalanMu yang lurus.
[Al-Araaf : 16]

{ Al Habib Umar Al Aydrus }

Semoga kita semua menjadi musuh Iblis dan di cintai oleh Alloh dan baginda Nabi Mukhammad SAW. Amin ya robbal alamin. Wassalamualaikum wr wb.
Artikel diatas tentang Dialog Nabi Muhammad SAW Dengan Iblis

Seorang Raja Menjadi Sufi Lantaran Roti

Seorang Raja Menjadi Sufi Lantaran Roti sungguh takjub, cerita yang memberikan Inspirasi, Kisah pertobatan Raja Balkh (Iran) Abu Ishaq Ibrahim bin Adham berawal dari keinginannya untuk berburu. Bersama kuda kesayangannya, Ibrahim menuju hutan dengan penuh gairah. Keadaan berlangsung normal hingga ketenangannya diusik oleh seekor gagak.

Ibrahim sesungguhnya hanya ingin istirahat sejenak. Melepas lelah perjalanan sembari memakan roti. Sialnya, ibrahim tak sempat mencicipi sedikit pun bekal bawaannya itu. Seekor gagak datang tiba-tiba menyambar roti, lalu membawanya terbang ke udara.

Ibrahim yang kaget bercampur kagum itu memutuskan untuk mengikuti ke mana gagak pergi. Si burung hitam meluncur cepat ke arah gunung, hingga Raja Balkh nyaris saja tak menemukannya lagi. Tapi tekad Ibrahim bin Adham untuk menaklukkan segala rintangan gunung membuatnya tak kehilangan jejak.

Tapi gagak tetaplah gagak. Jerih payah sang raja untuk mendekatinya mendapat penolakan. Sekali lagi, gagak mengudara, kabur mengilang entah ke mana. Di saat bersamaan, Ibrahim bin Adham menjumpai seseorang tengah terbaring di tanah dalam keadaan terikat. Segera ia turun dari kuda dan berusaha melepaskannya.

“Ada apa dengan Anda?” tanya Ibrahim bin Adham.

“Saya korban perampokan,” jawab orang tersebut yang ternyata adalah seorang saudagar. Setelah seluruh hartanya dirampas, para perampok hendak membunuhnya dengan cara mengikat dan melantarkan tubuhnya sendirian. Saudagar mengaku, sudah tujuh hari ia terlentang tak berdaya di tempat itu.

“Bagaimana Anda bisa bertahan hidup?”

Saudagar tersebut lantas menceritakan bahwa selama masa-masa sulit itu, seeokor gagak rutin menghampiri, hinggap di atas dada, dan menyodorkan makanan untuknya. Begitulah cara ia mendapatkan tenaga setiap hari.

Peristiwa ini membuka kesadaran Ibrahim bin Adham tentang hakikat rezeki. Ia akhirnya mantab mundur dari jabatan raja, memerdekakan semua budak miliknya, dan mewakafkan segala kekayaannya. Hikayat ini dapat dijumpai secara jelas dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah.

Ibrahim bin Adham memilih menjalani hidup sederhana sebagai rakyat biasa. Jalan tasawuf mulai ia tekuni dengan berjalan kaki ke Mekah, tanpa bekal apapun kecuali rasa tawakal yang amat tinggi. Sejak saat itu, olah rohani merupakan kegiatan pokok selama hidupnya.

Ternyata, kisah tentang kegagalan Ibrahim bin Adham mencicipi roti ini berbuntut pada perubahan serius keseluruhan hidup mantan raja Balkh itu. Ibrahim bin Adham akhirnya masyhur sebagai tokoh sufi yang sangat dikagumi. Dalam sumber-sumber Arab dan Persia, seperti Imam Bukhari dan lainnya, ia terkenal sebagai tokoh sufi yang pernah bertemu dengan Nabi Khidzir. (Mahbib Khoiron)


Cerita diatas membuat kita malu atas diri kita ya.... selama ini kita telah silau atas nafsu. Semoga kita semua mendapatkan manfaat dari kisah Abu Ishaq Ibrahim bin Adham, sekian mohon maaf atas kesalahan saya, terimakasih wassalamualaikum wr. wb.

Artikel ini tentang Seorang Raja Menjadi Sufi Lantaran Roti

Senin, 29 Juli 2013

Hukum Memakan Daging Biawak

Hukum Memakan Daging Biawak | hukum islam makan biawak | Halal dan Haramnya Biawak.
Alhamdulillah. Biawak dalam bahasa Arab disebut waral. Binatang ini adalah jenis binatang melata, termasuk golongan kadal besar dan sangat dikenal di negeri ini. Hidupnya di tepi sungai dan berdiam dalam lubang di tanah, bisa berenang di air serta memanjat pohon. Binatang ini tergolong hewan pemangsa dengan gigi taringnya yang memangsa ular, ayam, dan lainnya.1 Ada biawak yang lebih besar dan lebih buas, disebut komodo.
Dengan demikian, biawak haram dimakan berdasarkan sabda Nabi n:
كُلُّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامٌ
“Seluruh binatang pemangsa dengan gigi taringnya maka haram memakannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah z)
Terdapat hadits-hadits lainnya yang semakna dengan ini dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim serta lainnya.
Jangan disangka bahwa biawak (waral) adalah dhab (hewan mirip biawak) yang halal. Dhab dihalalkan oleh Rasulullah n, sebagaimana dalam hadits Khalid bin al-Walid z:
أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللهِ n بَيْتَ مَيْمُونَةَ، فَأُتِيَ بِضَبٍّ مَحْنُوذٍ، فَأَهْوَى إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ n بِيَدِهِ فَقَالَ بَعْضُ النِّسْوَةِ: أَخْبِرُوا رَسُولَ اللهِ n بِمَا يُرِيدُ أَنْ يَأْكُلَ. فَقَالُوا: هُوَ ضَبٌّ، يَا رَسُولَ اللهِ. فَرَفَعَ يَدَهُ، فَقُلْتُ: أَحَرَامٌ هُوَ، يَا رَسُولَ الله؟ِ فَقَالَ: لاَ، وَلَكِنْ لَمْ يَكُنْ بِأَرْضِ قَوْمِي فَأَجِدُنِي أَعَافُهُ. قَالَ خَالِدٌ: فَاجْتَرَرْتُهُ فَأَكَلْتُهُ وَرَسُولُ اللهِ n يَنْظُرُ.
“Ia masuk bersama Rasulullah n ke rumah Maimunah, lalu disajikan daging dhab panggang. Nabi n menjulurkan tangannya (untuk mengambilnya). Berkatalah sebagian wanita (yang ada di dalam rumah), ‘Beritahu Rasulullah n apa yang akan dimakannya.’ Mereka lantas berkata, ‘Wahai Rasulullah, itu adalah daging dhab.’ Nabi n pun menarik kembali tangannya. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah binatang ini haram?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, tetapi binatang ini tidak ada di tanah kaumku sehingga aku merasa jijik padanya’.” Khalid berkata, “Aku pun mencuilnya dan memakannya sementara Rasulullah n memerhatikanku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim serta lainnya)2
Dhab adalah golongan kadal besar yang serupa dengan biawak dan sama-sama berdiam di dalam lubang di tanah. Berikut ini keterangan ahli bahasa Arab tentang dhab sekaligus perbandingannya dengan biawak.
- Binatang ini adalah jenis melata yang tergolong kadal besar3, seperti halnya biawak.
- Bentuknya mirip biawak.4
- Banyak ditemukan di gurun pasir (sahara) Arab.5 Lain halnya dengan biawak yang hidupnya di tepi-tepi sungai.
- Panjang tubuhnya lebih pendek dari biawak.6
- Ekornya bersisik kasar seperti ekor buaya dengan bentuk yang lebar dan maksimal panjangnya hanya sejengkal. Berbeda halnya dengan ekor biawak yang tidak bersisik kasar dan berukuran panjang seperti ekor ular.7
- Makanannya adalah rumput, belalang kecil (dabah), dan jenis belalang lainnya yang disebut jundub (jamaknya janaadib). Adapun biawak adalah predator (hewan pemangsa hewan lain) yang memangsa ular dan lainnya.8
Wallahu a’lam.



Catatan Kaki:

2 Al-Imam Muslim meriwayatkannya dari musnad Ibnu ‘Abbas bahwa dia dan Khalid masuk bersama Rasulullah n …. dst.
Lihat tentang dhab pada kitab Fathul Bari (9/”Kitab adz-Dzaba’ih wash-Shaid Bab adh-Dhabb”), ash-Shahihah (5/505—507), dan Fatawa al-Lajnah (22/311).
3 Lihat al-Mu’jam al-Wasith.
4 Lihat Lisanul ‘Arab, al-Mu’jam al-Wasith, dan Tajul ‘Arus.
5 Lihat al-Mu’jam al-Wasith.
6 Lihat al-Mu’jam al-Wasith.
7 Lihat Lisanul ‘Arab, al-Mu’jam al-Wasith, dan Tajul ‘Arus.
8 Lihat Lisanul ‘Arab.

Artikel berposting tentang Hukum Memakan Daging Biawak

Periwayat Hadits Terbanyak dan Sejarah

Periwayat Hadits Terbanyak dan Sejarah
Periwayat Hadits Terbanyak dan Sejarah | Sumber Terbanyak Hadis | Sahabat Nabi Muhammad saw beserta isi Haditsnya.
Para shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits di antaranya adalah :
  • Abu Hurairah meriwayatkan 5374 hadits [1], ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat beliau berusia 32 tahun.
“Meninggal pada tahun 57 atau 58 atau 59 Hijriyah dengan usia 78 tahun berdasarkan pendapat yang pertama. Berarti umurnya ketika hijrah adalah 21 tahun dan berumur 32 tahun ketika wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Taqribut Tahdzib hal. 431)
  • ‘Abdullah bin ‘Umar meriwayatkan 2630 hadits [2], ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat beliau berusia 22 tahun.
“Beliau adalah personil perang termuda ketika Perang Uhud, yaitu ketika usia beliau 14 tahun.” (Taqribut Tahdzib hal. 182)
  • Anas bin Malik meriwayatkan 2280 hadits [3], beliau berusia 20 tahun ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Beliau berkata, “Nabi datang ke kota Madinah dan saat itu saya berusia 10 tahun, dan beliau meninggal saat usiaku 20 tahun.” (Shahih Muslim kitab Al Asyribah no. 125)
  • ‘Aisyah bintu Abu Bakr meriwayatkan 2210 hadits [4], berusia 18 tahun ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Ibnu Hajar menerangkan, “Menginjak usianya yang ke dua puluh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia. Hadits yang ia hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam cukup banyak, konon bahwa 1/4 hukum syari’at ternukil darinya.” (Fathul Bari 7/107)
  • ‘Abdullah bin ‘Abbas meriwayatkan 1660 hadits [5], ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat beliau berusia 15 tahun.
Beliau berkata, “Ketika usiaku menginjak 15 tahun Rasulullah meninggal dunia.” (Al Hakim dalam Al Mustadrak ‘ala Shahihaini, kitab Ma’rifatish Shahabah 3/533)
  • Jabir bin ‘Abdillah meriwayatkan 1540 hadits [6], berusia 27/28 tahun ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.
Beliau wafat pada tahun 77/78 hijriyah, konon beliau menjalani hidup sampai usia 94 tahun. Berarti usianya ketika hijrah 16/17 tahun.
Tambahan dari kitab Talqih Fahum Ahli al-Atsar karya Ibnul Jauzi : [7]
  • Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan 1170 hadits.
  • Ibnu Mas’ud meriwayatkan 848 hadits.
  • Ibnu ‘Amr bin Ash meriwayatkan 700 hadits.
  • Abu Dzarr Al- Ghifari meriwayatkan 281 hadits.
  • Abu Darda’ meriwayatkan 179 hadits.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ‘ulama tentang siapa yang paling banyak meriwayatkan hadits, apakah Abu Bakr ataukah Abu Hurairah. Hal itu dikarenakan Abu Bakr termasuk orang-orang yang pertama masuk islam, dan Abu Hurairah masuk islam 3 tahun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Sehingga Abu Bakr lebih lama bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada Abu Hurairah yang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 3 tahun.

Sehingga dari sisi penerimaan hadits, Abu Bakr lebih banyak menerima hadits daripada Abu Hurairah, karena beliau lebih lama bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada Abu Hurairah. Yang tentunya Abu Bakr lebih banyak mendengar hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama beliau bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada Abu Hurairah.
Sedangkan dari sisi periwayatan hadits, maka Abu Hurairah lebih banyak meriwayatkan hadits daripada Abu Bakr dikarenakan beliau lebih banyak mempunyai waktu luang sehingga bisa menyampaikan hadits yang beliau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan Abu Bakr beliau disibukkan dengan urusan di pemerintahan ketika beliau menjabat sebagai Khalifah setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. [8]


____________________
[1] Siyar A’lamun Nubala’ 2/632.
[2] Siyar A’lamun Nubala’ 3/238.
[3] Siyar A’lamun Nubala’
[4] Siyar A’lamun Nubala’ 2/139.
[5] Siyar A’lamun Nubala’
[6] Siyar A’lamun Nubala’ 23/194.
[7] Dinukil dari Ahlul Hadits.
[8] Penjelasan dari Al Ustadz ‘Abdul Mu’thi hafizhahullah.

Bagi yang mengcopy artikel ini tidak di kenai biaya bebas free, postingan ini tentang Periwayat Hadits Terbanyak dan Sejarah

Pengertian Hadits dan Macam Jenis

Pengertian Hadits dan Macam Jenis | Mengenal Maksud Hadis | Uraian Tentang hadis | 7 Referensi Rujukan Hadist. Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

 Arti hadits di sini semakna dengan sunnah. Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum.
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.
Ada bermacam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini.
  • Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
    • Hadits Mutawatir
    • Hadits Ahad
      • Hadits Shahih
      • Hadits Hasan
      • Hadits Dha'if
  • Menurut Macam Periwayatannya
    • Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul)
    • Hadits yang terputus sanadnya
      • Hadits Mu'allaq
      • Hadits Mursal
      • Hadits Mudallas
      • Hadits Munqathi
      • Hadits Mu'dhol
  • Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi
    • Hadits Maudhu'
    • Hadits Matruk
    • Hadits Mungkar
    • Hadits Mu'allal
    • Hadits Mudhthorib
    • Hadits Maqlub
    • Hadits Munqalib
    • Hadits Mudraj
    • Hadits Syadz
  • Beberapa pengertian dalam ilmu hadits
  • Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer
     

I. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi

I.A. Hadits Mutawatir

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
  1. Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.
  2. Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy.
  3. Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama.
     

I.B. Hadits Ahad

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu:

I.B.1. Hadits Shahih

Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
  1. Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an.
  2. Harus bersambung sanadnya
  3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
  4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
  5. Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
  6. Tidak cacat walaupun tersembunyi.

I.B.2. Hadits Hasan

Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.

I.B.3. Hadits Dha'if

Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.

II. Menurut Macam Periwayatannya

II.A. Hadits yang bersambung sanadnya

Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau Maushul.

II.B. Hadits yang terputus sanadnya

II.B.1. Hadits Mu'allaq

Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if.

II.B.2. Hadits Mursal

Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.

II.B.3. Hadits Mudallas

Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.

II.B.4. Hadits Munqathi

Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.

II.B.5. Hadits Mu'dhol

Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha'if.

III. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi

III.A. Hadits Maudhu'

Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits.

III.B. Hadits Matruk

Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.

III.C. Hadits Mungkar

Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.

III.D. Hadits Mu'allal

Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).

III.E. Hadits Mudhthorib

Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.

III.F. Hadits Maqlub

Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).

III.G. Hadits Munqalib

Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.

III.H. Hadits Mudraj

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya.

III.I. Hadits Syadz

Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz.

IV. Beberapa pengertian (istilah) dalam ilmu hadits

IV.A. Muttafaq 'Alaih

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari - Muslim.

IV.B. As Sab'ah

As Sab'ah berarti tujuh perawi, yaitu:
  1. Imam Ahmad
  2. Imam Bukhari
  3. Imam Muslim
  4. Imam Abu Daud
  5. Imam Tirmidzi
  6. Imam Nasa'i
  7. Imam Ibnu Majah

IV.C. As Sittah

Yaitu enam perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad bin Hanbal.

IV.D. Al Khamsah

Yaitu lima perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Bukhari dan Imam Muslim.

IV.E. Al Arba'ah

Yaitu empat perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim.

IV.F. Ats tsalatsah

Yaitu tiga perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.

IV.G. Perawi

Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.

IV.H. Sanad

Sanad berarti sandaran yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadits itu atau mudawwin (orang yang menghimpun atau membukukan) hadits. Sanad biasa disebut juga dengan Isnad berarti penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama yang menjadi sanad hadits itu adalah perawi juga.

IV.I. Matan

Matan ialah isi hadits baik berupa sabda Nabi Muhammad SAW, maupun berupa perbuatan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan oleh sahabat atau berupa taqrirnya.

V. Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer

  1. Shahih Bukhari
  2. Shahih Muslim
  3. Riyadhus Shalihin

site: http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits
Hal penting seputar Hadits , cukup dalam bukan ...  :D , artikel ini berposting tentang Pengertian Hadits dan Macam Jenis